KUNJUNGAN Pj GUBERNUR KALBAR, dr. HARISSON M.Kes KE DEMPLOT PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM YANG DIKELOLA OLEH YAYASAN SWADAYA DIAN KHATULISTIWA

Pilot Project Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pertanian Berkelanjuntan dan Adaptasi Perubahan Iklim yang dikelola bersama oleh petani peneliti yaitu Bapak Subroto, Yayasan Swadaya Dian Khatulistiwa (YSDK), dan Alumni Bisnis Cendekia IPB Kalbar mendapat kunjungan oleh Pj. Gubernur Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes dalam rangka kegiatan panen bersama hasil Budidaya Kacang Edamame. Temu Lapang kali ini dihadiri tidak kurang dari 126 orang yang didominasi kaum Perempuan. Pj. Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Kalimantan Barat, ibu Windy Prihastari Harisson, S.STP, MSi juga ikut menghadiri bersama para pejabat dari berbagai instansi di tingkat Provinsi Kalimantan Barat seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Keuangan dan Aset Daerah, Inspektur, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Kelautan dan Perikanan, Disporapar, serta Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak. Selain pejabat pemerintah juga hadir ikatan alumni berbagai perguruan tinggi seperti KAGAMA Kalbar, IKA Unhas Kalbar, HA-IPB Kalbar, dan para mahasiswa Universitas Tanjungpura. Para petani sekitar lokasi yang berprofesi sebagai petani lahan gambut baik sebagai petani pemilik, buruh tani, maupun pedagang sayur juga ikut meramaikan kunjungan. “Kalau menanam sayuran daun mulai dari sawi manis, sawi bakso, sawi pahit, sawi keriting, pakchoi, bayam hingga kangkung itu sudah tamat”, kata bapak Subroto, petani peneliti yang sudah menekuni budidaya pertanian pada lahan gambut selama lebih dari 40 tahun. “Sudah tamat ilmunya” kata bapak Subroto. Sebaliknya untuk Budidaya Kacang Edamame di lahan gambut adalah merupakan hal baru. Perlu pengetahuan baru. Ada tantangan baru. Perlu inovasi teknologi terbaru.

Pj. Gubernur Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes., merasa surprise mendengar penjelasan YSDK bahwa lahan gambut di lokasi demplot yang sudah dikelola untuk usahatani sekitar 25 tahun ini tidak pernah mengalami kebakaran lahan. Salah satu kuncinya ternyata ada pada komponen pondok abu sebagai tempat pembuatan arang dari bahan gulma atau rumput-rumputan yang tumbuh subur di lahan gambut. Pembuatan arang ini dilakukan secara terkontrol di dalam pondok sehingga tidak menimbulkan kebakaran lahan. Praktek ini merupakan salah satu bentuk implementasi adaptasi terhadap perubahan iklim dengan menekan pelepasan karbon ke udara. Komponen kedua adalah penggunaan pupuk organic dari kotoran ayam sebagai pupuk utama sehingga usaha tani pada lahan gambut ini sudah mengarah pada praktek budidaya pertanian organic walaupun masih dalam tahap penerapan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA).

Pada kesempatan tersebut, Pj. Gubernur Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes., juga berkesempatan melihat langsung fasilitas pondok arang yang dikelola oleh Yayasan Swadaya Dian Khatulistiwa juga dimanfaatkan sebagai tempat produksi berbagai jenis pupuk untuk mendukung pertanian organic sekaligus sebagai tempat praktek bagi para petani dan peserta magang. Salah satunya pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari bahan kulit pisang sebagai sumber kalium yang merupakan hasil penelitian dosen Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura. Produk lainnya yang dipajang adalah pembuatan pupuk organic dari limbah ikan asin yang dikomposkan di dalam drum plastic dan ditambah decomposer EM-4. Ada juga limbah kulit udang ebi berbentuk tepung yang juga dikomposkan dalam wadah drum plastic dan diberi decomposer EM-4. Pupuk organic cair lainnya dibuat dari kulit kelapa tua yang direndam dalam drum plastic dan digunakan untuk sumber pupuk Kalium cair sebagai hasil penelitian dari Institut Pertanian Bogor.

Selain ameliorant dan pupuk organic, komponen lain adalah penggunaan pestisida dan fungisida. Di hadapan Pj. Gubernur Kalimantan Barat tim YSDK juga menjelaskan tentang kearifan lokal petani untuk menjawab masalah yang juga bersifat spesifik lokasi ini. Petani di lahan gambut umumnya menanam berbagai jenis sayuran terutama sawi bakso, sawi keriting, ataupun sawi manis. Ketika tanaman sawi ini diserang hama misalnya hama ulat maka petani hanya mengganti dengan tanaman lain misalnya kangkung atau bayam. Logikanya juga sangat sederhana. Hama yang menyerang tanaman sawi tidak menyerang tanaman bayam dan kangkung. Setelah serangan hama ulat berkurang barulah petani menanam sayuran sawi kembali. Bukan hanya Pj. Gubernur Kalimantan Barat dan jajarannya saja yang surprise mendengar penjelasan ini tetapi juga para tamu undangan lainnya terutama para petani. Ternyata banyak inovasi baru yang disajikan pada perayaan Panen Edamame kali ini.

Panen Edamame pada lahan gambut oleh Pj. Gubernur Kalimantan Barat kali ini juga dimeriahkan dengan penyerahan bantuan beras kepada pondok pesantren dan kaum duafa lalu diikuti dengan penyerahan bantuan kit kepada balita yang menderita stunting dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Barat. Untuk masyarakat umum di sekitar lokasi yang ikut menghadiri panen ini juga disediakan bazaar yang menyediakan paket sembako murah berupa beras 5 kg, gula pasir 1 kg, dan minyak goreng 1 kg dengan harga Rp.95.000,- per paket.

Dari kegiatan kali ini dapat dipetik berbagai hal berkaitan dengan praktek-praktek baik tentang pengelolaan lahan gambut untuk kegiatan pertanian berkelanjutan sekaligus menjadi salah satu bentuk aksi lokal untuk tantangan global dalam memitigasi perubahan iklim.

About the Author

You may also like these

id_IDIndonesian